Bocah Tewas Dibakar Ibunya, Ini 8 Fakta Pilu di Balik Kematian Jessica


Jenazah Jessica Mananohas (10), bocah yang diduga dibakar ibunya, Olga Semet, warga Desa Pintareng, Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara, Kabupaten Kepulauan Sangihe, sudah tiba di Pelabuhan Tahuna, Kamis (25/10/2018) pagi.

Jenazah siswi kelas 4 SD itu diangkut dari Pelabuhan Kota Manado ke Pelabuhan Tahuna menggunakan kapal motor (KM) Venecia, Rabu (24/10/2018).

Sebelumnya Jenazah Jessica Mananohas disemayamkan di rumah ayahnya di Kelurahan Bitung Barat, Kecamatan Maesa, Kota Bitung, Rabu (24/10/2018).

Jessica Mananohas meninggal dunia di RSUP RD Kandou, Selasa (23/8/2018), setelah 41 hari berjuang melawan perihnya luka bakar yang mendera sekitar 85 persen tubuhnya.

Jesica Mananohas diduga dianiaya oleh ibunya, Olga Semet, pada 12 September 2018 silam. Ada info sang ibu mencari pisau dapur. Saat ditanya, Jessica terdiam.

Ini membuat sang ibu kalap. Setelah memukuli gadis itu dengan pelepah daun kelapa, Olga mengguyurnya dangan minyak tanah lalu mengguyur tubuh mungil itu dengan api.

jessica
jessica (istimewa)
Warga melarikan Jessica ke RS Liungkendage Tahuna. Namun, karena kondisi semakin parah, seminggu sebelum meninggal Jessica dirujuk ke RSUP Kandou Manado dan dirawat intensif di sana.

Kendati sudah beberapa kali dioperasi dan dokter menyebut kesembuhannya sudah 70 persen, namun akhirnya nyawa Jessica tak tertolong lagi. Infeksi luka bakar sudah menembus ke paru-paru. Pihak RSUP Kandou menyebut jantung gadis kecil itu berhenti berdetak.

"Luka bakarnya sudah derajat 3 jadi sangat berpengaruh pada beberapa organ vital. Salah satunya jantung," kata Dirut RSUP Kandou Jimmy Panelewen, pada Selasa (23/10/2018)

Berikut fakta-fakta pasca kematian Jesica Mananohas:1. 6 Kali Dioperasi

Sebelum meninggal, Jessica Mananohas yang telah menjalani perawatan intensif di dua rumah sakit itu telah menjalani 6 kali operasi.

"Selama di sini Jessica memang sudah 3 kali menjalani operasi. Dan awalnya memang sempat mengalami kemajuan," kata Direktur RSUP RD Kandou Malalayang Dokter Jimmy Panelewen di depan ruang PICU pada Selasa lalu.

Jessica Mananohas Meninggal
Jessica Mananohas Meninggal (Tribun manado / nielton durado)
Namun, luka bakar yang sangat parah membuat Jessica harus berjuang keras untuk bisa bertahan hidup.

"Kami sudah bekerja maksimal, tapi rencana Tuhan siapa yang tahu," pungkas Jimmy yang bersama tim telah berjuang keras untuk menyelamatkan nyawa Jessica.

Nurlince Sahambangu, tante dari Jessica, ketika ditemui Tribunmanado.co.id, Jumat (19/10/2018) di RSUP Kandou mengatakan, "Di rumah sakit Sangihe sudah 3 kali jalani operasi."

2. Jenazah Dibawa Dulu ke Rumah Ayahnya

Begitu meninggal, jenazah Jessica Mananohas sempat dibawa ke rumah ayahnya, Ronny Mananohas, di Kelurahan Bitung Barat, Kota Bitung.

Menurut Ronny, pihak keluarga sepakat Jessica dimakamkan di Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe.

"Pukul 12.00 Wita ini akan kami buat ibadah pelepasan di sini (Kelurahan Bitung Barat). Setelah itu, jenazah akan dibawa ke Pelabuhan Manado untuk diberangkatkan ke Pelabuhan Tahuna, Sangihe," katanya kepada Tribunmanado.co.id.Pantauan Tribunmanado.co.id di lapangan menyebutkan,  warga sekitar serta saudara Jessica dari Sangihe memadati rumah duka untuk mengikuti ibadah pelepasan sebelum jenazah dibawa ke Sangihe.

Kepala Dinas Pendidikan kota Bitung Julius Ondang saat mendatangi rumah duka mengatakan turut berdukacita atas meninggalnya anak Jessica.

"Kami pemerintah pun berharap tidak akan ada Jessica berikutnya yang meninggal akibat perbuatan orangtuanya sendiri." ujar Julius Ondang.

"Mendidik anak itu punya banyak cara tanpa harus dengan kekerasan. Kasus ini menjadi pelajaran bagi para orang tua untuk mendidik dengan cara wajar dan mendidik anak," tambahnya.

3. Dijemput Ratusan Warga Sangihe di Pelabuhan Tahuna

Jenazah Jessica dijemput ratusan warga di Pelabuhan Tahuna, Kamis (25/10/2018) pagi.

"Informasi kekerasan anak itu sudah menjadi isu nasional. Ada banyak media, baik lokal maupun nasional yang memuat berita ini. itu sebabnya, saya juga jadi penasaran ingin melihat penjemputan jenazah," kata Gun, warga Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulut, Jumat (25/10/2018).



Foto
Foto ()
Jenazah Jessica dibawa pulang menggunakan Kapal Motor Venecian. Sekira pukul 04.19 kapal itu tiba di Pelabuhan Tahuna.

Tampak sejumlah warga baik orang tua maupun anak muda, terus berdatangan untuk melihat langsung kedatangan jenazah Jessica Mananohas.

Ditambahkan juga oleh Anto, warga Kecamatan Tamako, Tahuna, Kepulauan Sangihe, dia juga merasa penasaran, sehingga datang ke pelabuhan."Karena peristiwa seperti pembakaran yang dilakukan orangtua terhadap anaknya ini merupakan peristiwa langka di Sangihe. Ini memang baru pertama, sehingga wajar menjadi perhatian banyak warga Sangihe," ungkap Anto.

4. Pasal Pemberatan Ditambahkan ke Ibunya

Meninggalnya Jessica Mananohas membuat pasal-pasal yang akan dikenakan terhadap Olga Semet berubah. Sanksinya kemungkinan lebih berat, karena tindakannya menyebabkan sang anak meninggal dunia.

Sebelumnya, Olga Semet dijerat pasal yang lebih ringan karena kondisi korban Jessica masih berstatus luka berat. Setelah korban meninggal, maka pasal yang dikenakan terhadap tersangka tentu lebih berat lagi.

Hal itu diungkapkan Kapolres Kepulauan Sangihe AKBP Sudung Napitu, Rabu (24/10/2018).

"Pasal 80 ayat (1), (3) dan (4) UU RI No. 17 tahun 2016 tentang perlindungan anak," terang Kapolres.

Kapolres Kepulauan Sangihe AKBP Sudung Napitu
Kapolres Kepulauan Sangihe AKBP Sudung Napitu (Tribun manado / Jhonly Kaletuang)
Sementara untuk ancaman pidana 13 tahun lebih.

 "Ancaman pidana 13 tahun lebih, apabila dilakukan orangtua. Ditambahkan pasal pemberatan," tambah Napitu.

Dalam UU 35/2014 tentang Perubahan atas UU 23/2002 tentang Perlindungan Anak, pada Pasal 76C disebutkan bahwa Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan Kekerasan terhadap Anak.

Mereka yang melanggar Pasal 76C itu, akan terkena sanksi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 80, yakni:

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).

(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).

(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut Orang Tuanya.”

Meninggalnya Jessica bisa membuat Olga Semet, warga Kampung Pintareng, Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulut, terancam Pasal 80 UU 35/2014 ayat (1), (3), dan (4) dengan hukuman penjara setidaknya 20 tahun.

Meninggalnya Jesica Mananohas (10), korban kekerasan yang diduga dilakukan oleh tersangka OS alias Olga yang juga ibu kandung korban, di  membuat tersangka bakal ditambahkan pasal pemberatan.

Terkait perkara Olga Semet pula, kata kapolres, saat ini penyidik maish mengupayakan pemeriksaan kondisi kejiwaan tersangka ke psikiater. Permintaan resmi untuk ini sudah dikirimkan.

5. Olga Semet Menyesali Perbuatannya

"Tersangka menyesali perbuatannya, apalagi ia sebagai orangtua yang seharusnya melindungi dan menyayangi anaknya," kata Kapolres Kepulauan Sangihe AKBP Sudung Napitu kepada tribunmanado.co.id

Ditambahkan Kapolres Sudung Napitu, tersangka mengaku tega menganiaya anaknya karena emosi.

Tersangka OS alias Olga saat dimintai keterangan oleh Kanit PPA Polres Kepulauan Sangihe
Tersangka OS alias Olga saat dimintai keterangan oleh Kanit PPA Polres Kepulauan Sangihe (Istimewa)
"Tersangka emosional sehingga sampai tega membakar korban," ujarnya.

6. Paman: Dia Rajin Orangtua

Sebelum meninggal, Jessica Mananohas (10) bocah yang diduga dibakar ibunya, Olga Semet, dikenal keluarga dan kerabat sebagai anak yang aktif, cerdas, dan rajin membantu orangtua.

“Jessica itu anak yang aktif. Sebelum tinggal di Sangihe, dia selama beberapa tahun tinggal bersama keluarga kami di Bitung. Ibunya yang membawanya lagi ke Sangihe," ungkap Ferdinand Manonahas, paman Jessica kepada Tribunmanado.co.id di rumah duka.

“Kalau kami sedang berkumpul bersama, Jessica banyak bercerita. Kalau ada di antara kami berbicara salah, Jessica selalu mengkritik dan membetulkan kesalahan," bebernya lagi.

Jessica, kata sang paman, Ferdinand Manonahas, juga rajin dan tidak malu-malu.

Ferdinand Manonahas, Paman Jessica Manonahas
Ferdinand Manonahas, Paman Jessica Manonahas (Tribun manado / Chintya Rantung)
Sepulang sekolah, Jessica suka membantu orangtua dengan berjualan pisang.

"Tapi, siapa sangka, anak yang rajin dan aktif itu kini sudah tidak ada dalam keluarga kami," sebutnya.

Menurut pamannya, orangtua Jessica sudah berpisah sejak 7 tahun lalu.

"Statusnya memang belum sah bercerai secara hukum. Tapi, anak mereka termasuk Jessica dibawa ibunya untuk tinggal di Sangihe.

Sementara ayahnya tinggal dan bekerja sebagai buruh di salah satu perusahaan di Bitung.

“Selama 7 tujuh tahun berpisah ibu dan ayah Jessica sudah memiliki pasangan," katanya.

Diceritakannya, selama 7 tahun papanya sering berkunjung ke Sanghie untuk melihat 3 anaknya, tapi sama sekali tidak diizinkan oleh Olga Semet.

Kehidupan Jessica pun ternyata tidak hanya dibesarkan oleh ibunya. Tapi, saudara-saudara ibunya pun turut merawat Jessica.

"Selama kurang lebih satu bulan Jessica pernah tinggal di Bitung. Setelah itu, Jessica dibawa bibinya ke Sorong untuk tinggal dan bersekolah di sana selama 3 tahun, hingga akhirnya ibunya meminta kembali untuk dibawa ke Sangihe," sebutnya.

Siapa sangka bocah malang itu ternyata semasa kecil hidup berpindah-pndah tempat tinggal.

Papanya pun pernah bercerita, bagaimana perjuangannya untuk bertemu dengan Jessica di rumah sakit di Tahuna Sanghie.

"Ketika mendengar anaknya tergolek di rumah sakit di Tuhuna, ayahnya langsung berangkat ke Sangihe. Tapi, apa daya, papanya tidak dizinkan oleh ibunya untuk bertemu dengan Jessica. Sampai akhirnya ayahnya menyaksikan sendiri adik dari Jessica yang paling kecil sempat bertanya, Ma itu papa Ronny yah. Tapi jawaban mamanya bilang itu bukan papamu," sebutnya.

"Karena tidak dizinkan bertemu dengan Jessica di rumah sakit di Tahuna, ayahnya Jessica pun pulang. Dan beberapa hari kemudian dikabarkan Jessica akan dibawa ke RSUP Kandou. Tapi, sampai di rumah sakit, ayahnya juga tidak bisa bertemu dengan Jessica," ceritanya.

7. Penyesalan Sang Ayah

Ronny Manonahas, ayah Jessica Mananohas mengungkapkan penyesalannya sebagai ayah yang telah lalai melindungi putrinya dari marabahaya.

Ia juga tak menyangka bahwa Jessica akan meninggal dengan cara yang menyedihkan, mengerang kesakitan selama sebulan lebih setelah tubuhnya diduga diguyur minyak tanah dan dibakar oleh ibunya, Olga Semet.

Di tengah kepedihannya, Ronny sempat menjelaskan asal usul nama Jessica, anak nomor duanya itu.

Ketika ditemui tribunmanado.co.id di Pelabuhan Manado, Rabu (24/10/2018), Ronny mengatakan bahwa nama Jessica adalah pemberian kakeknya.

"Itu adalah nama pemberian ayah saya. Saya dan ayah saya (kakek Jessica) sangat menyayangi Echi (Jessica)," ujar di sela pemberangkatan jenazah putrinya ke Tahuna, Kepulauan Sangihe.

Ronny Mananohas, ayah Jessica Mananohas membawa foto anaknya
Ronny Mananohas, ayah Jessica Mananohas membawa foto anaknya (Tribun manado / Andreas Ruaw)
Ronny menceritakan bahwa ia sempat menjenguk ke Sangihe saat Jessica sakit.

"Tapi, di sana saya sempat berkelahi dengan mamanya (Olga Semet), meski akhirnya saya diizinkan menjenguk Echi,"  kata dia.

Karena masalah pekerjaan, Ronny mengaku harus meninggalkan Jessica dan kembali ke Kota Bitung.

"Saya cuma dua hari di sana, dan harus kembali ke Bitung karena masalah pekerjaan," ucapnya.

Seperti diberitakan, jenazah Jessica diberangkatkan ke Sangihe lewat Pelabuhan Manado, Rabu (24/10/2018) sore.

Jessica disambut isak tangis pihak keluarga yang sudah menunggu di pelabuhan.

Menurut Lala Sahambangu, jenazah Jesicca akan dikebumikan di Kabupaten Kepulauan Sangihe.

"Rencananya besok dimakamkan di sana, karena pihak keluarga meminta agar Jessica dipulangkan ke sana," ujarnya.

Isak Tangis keluarga membawa jenazah Jessica Mananohas di Pelabuhan Manado ke Sangihe

8. Tersangka Ingin Hadir di Pemakaman

Kapolres Kepulauan Sangihe AKBP Sudung Napitu mengatakan, pada prinsipnya pihak kepolisian akan memenuhi permintaan tersangka untuk hadir dalam pemakaman putrinya.

"Permintaan tersangka untuk hadir di pemakaman itu dilindungi Undang-undang.  Apalagi, yang meninggal adalah anak tersangka," terang Kapolres Sangihe, Rabu (24/10/2018).

OS alias Olga tersangka pembakar anaknya Jessica Mananohas di tahanan Mapolsek Sangihe
OS alias Olga tersangka pembakar anaknya Jessica Mananohas di tahanan Mapolsek Sangihe (istimewa)
Kemungkinan besar, kata kapolresm tersangka akan datang pada saat pemakaman.

"Karena sudah ada permintaan dari tersangka untuk diiznkan hadir dalam pemakaman putrinya," tambah kapolres.

Dalam hal ini, kata kapolres kewajiban polisi adalah mempertimbangkan keamanan tersangka, karena ada sebagian dari keluarga yang belum bisa menerima tindakan tersangka terhadap korban.

"Pada prinsipnya kami tidak membatasi. Kami siap mengamankan tersangka," ujar Kapolres Sangihe.


Sumber : Bangkapos

Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "Bocah Tewas Dibakar Ibunya, Ini 8 Fakta Pilu di Balik Kematian Jessica"

Back To Top