Risiko Hamil di Usia Remaja yang Membahayakan, Nomor 5 Tak Terlihat Secara Fisik


Menikah muda menjadi dambaan bagi sebagian remaja.

Mereka berharap memiliki anak yang tidak jauh berbeda usia di antara mereka.

Namun sayang, sebagian remaja harus menikah muda lantaran hamil duluan.

Peraturan hukum Indonesia sendiri, seorang perempuan baru boleh menikah ketika mereka sudah berusia 16 tahun.

Hal ini memicu hamil muda.

Padahal hamil di usia di bawah 20 tahun masih dikenal berisiko.

Risiko ini bisa dilihat secara fisik ataupun psikis.

Lantaran hal ini, maka perempuan direkomendasikan hamil tidak kurang dari usia 20 tahun atau kalau tidak akan berisiko.

Apa saja risikonya?

Dikutip TribunStyle.com dari doktersehat.com pada Jumat (19/10/2018), berikut 5 risiko hamil di usia muda.1. Keguguran

Perempuan memang mengalami puber saat usianya memasuki 11 atau 12 tahun.

Organ di dalam tubuhnya susah mulai bekerja sebagaimana mestinya.

Ovarium menghasilkan sel telur dan rahim sudah menghasilkan endometrium yang nantinya luruh menjadi darah menstruasi.

Siklus yang berulang-ulang ini menandakan wanita sudah dewasa.

Meski organ reproduksinya sudah mulai berjalan dengan lancar, kematangannya masih terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu.

Kalau kematangan ini tidak diperhatikan dan wanita hamil di usia yang masih muda, kemungkinan terjadi keguguran cukup tinggi.

Dinding rahim belum kuat

2. Kelahiran prematur dan cacat bawaan

Hamil dengan usia masih terlalu muda bisa menyebabkan wanita melakukan persalinan secara prematur.Bayi dengan usia 7 atau 8 bulan yang belum siap dilahirkan harus segera keluar dari rahim karena perempuan tidak kuat lagi menahannya.

Dinding rahim juga tidak kuat dengan bobot bayi yang besar.

Bayi yang lahir prematur juga akan mengalami bobot yang terlalu rendah.

Kondisi ini membuat bayi yang dilahirkan rawan sekali tidak tumbuh sempurna hingga mengalami kematian.

Beberapa wanita yang sempat mengonsumsi obat tertentu untuk menggugurkan kandungan biasanya memiliki bayi dengan kondisi cacat bawaan yang parah.

3. Gangguan pada vagina

Saat melahirkan, bayi akan keluar dari rahim ke serviks hingga akhirnya keluar melalui liang vagina.

Kondisi ini menyebabkan luka di vagina menjadi terlalu besar.

Area perineum akan mengalami luka yang cukup besar sehingga jahitan yang dialami juga besar dan bisa menurunkan estetik dari vagina.

Selain gangguan pada area vulva, kerusakan di area serviks dan sekitarnya juga menyebabkan gangguan yang besar.

Perempuan dengan usia di atas 20 tahun mungkin juga akan mengalami luka robek di vagina.

Namun, fungsi organnya sudah maksimal sehingga kemungkinan penyembuhan juga lebih besar.

4. Perdarahan dan anemia

Remaja perempuan yang sedang hamil biasanya mengalami gangguan anemia yang cukup parah.

Terbaginya darah ibu dengan bayi dan kebutuhan zat besi yang besar bisa menyebabkan perempuan mengalami lemas terlalu besar.

Bahkan, beberapa kasus bisa menyebabkan pingsan.

Selain anemia yang menyebabkan rasa lemas terlalu besar.

Pada saat melakukan persalinan, perempuan juga akan mengalami perdarahan.

Kontraksi dari rahim yang belum sempurna rawan sebabkan perdarahan akut dan berujung pada kematian dari ibu yang melakukan persalinan.

5. Depresi

Remaja yang bersil melakukan persalinan tidak hanya akan mengalami cacat atau luka pada vagina saja.

Perempuan juga akan mengalami depresi yang cukup akut.

Depresi ini muncul pasca persalinan dalam bentuk baby blue atau gangguan lainnya.

Secara fisik, remaja mungkin bisa melahirkan dengan baik.

Namun, secara mental tidak semua remaja sudah siap menjadi ibu.

Hamil yang muncul akibat seks pranikah juga bisa menjadi penyebab depresi ini.

Well, mengamati kondisi ini, ada baiknya jika seorang perempuan menunda kehamilannya jika masih usia muda.

(Triroessita Intan P / TribunStyle.com)

Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "Risiko Hamil di Usia Remaja yang Membahayakan, Nomor 5 Tak Terlihat Secara Fisik"

Back To Top